RODABALAP.COM – Siapa bilang menjadi seorang pembalap itu harus dari kaum adam.
Kaum hawa pun kini sudah banyak terjun ke sirkuit dan tak kalah garang ketika menghentakan gas serta menyalip di tikungan. Bahkan, terjadang pembalap wanita pun terjun di kelas balap bersama para laki-laki. Fenomena ini pun terjadi di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Setiap masanya selalu lahir sosok perempuan tangguh dan berbakat yang tidak gentar adu adrenalin dengan laki-laki dalam balapan.
Bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada Rabu, 1 Juni 2022. Penulis RB berkesempatan bersua dengan salah satu srikandi yang sanggup melaju sangat cepat. Namanya Nurulita MS, seorang mahasiswi yang sedang mengikuti program megister S2 Penginderaan Jauh di Universitas Gadjah Mada (UGM). Diceritakan oleh Nurulita MS, pada awalnya dia suka nonton balap resmi di Kota Tanjung Pinang ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Waktu itu doi masih berseragam putih abu-abu (SMA).
Perlu diketahui doi mencintai olah raga balap motor karena ingin mencoba sesuatu yang baru. Mulai dari Sekolah Dasar (SD) olahraga yang di geluti badminton dan catur. Lanjut Sekolah Menengah Pertama (SMP) aktif di volly dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pemegang sabuk hitam karate. Selama kuliah balap motor.
‘’Saya kepikiran untuk mencoba hal baru. Yang awalnya bergelut di olahraga karate dan memutuskan untuk mencoba terjun di dunia balap. Pada saat itu saya tinggal di Kota Tanjung Pinang. Dan latihan di kota tersebut, terkadang di Kota Batam. Setelah pengumuman kelulusan dan hasil SNMPTN keluar. Alhamdulillah saya di terima di UNDIP untuk melanjutkan pendidikan S1,’’buka Nurulita MS.
Selama masa kuliah, bertemulah dengan orang-orang yang mensupport serta memfasilitasi untuk latihan balap motor. Mulai dari perlengkapan ataupun motor balap.
‘’Merintis dari awal hingga saat ini punya perlengkapan sendiri. Event pertama kali yang saya ikuti di Kota Tanjungpinang adalah dragbike. Setelah ada pengumuman diterima saya pindah ke Semarang dan event roadrace pertama yang saya ikuti di Cimahi Bandung. Dari yang awalnya balap roadrace di kelas wanita untuk penentuan start grid cabut undi dri sumpit sampai akhirnya menggunakan transponder,’’imbuh Nurulita MS panjang lebar.
Terkait beda dengan latar belakang pendidikan doi merasa tidak ada masalah, karena dua-duanya penting untuk dia. Baik itu pendidikan formal dan bidang balap ini. Justru dengan begini menambah wawasan dan ilmu juga.
“Saya berharap semoga event event balap semakin banyak diadakan dan event yang sudah ada secara rutin bisa lebih baik lagi. Kedua semoga semakin banyak lagi pembalap wanita di Indonesia dan bisa sukses sampai menembus event internasional sehingga bisa mematahkan stigma kalau bidang ini tidak cocok untuk wanita,’’tutup Nurulita MS.